Cerita Ngentot Sex Pelajar Indo Bispak




Cerita Mesum  Aku anak kesatu dari lima bersaudara. Usiaku memasuki 16 tahun manakala orangtuaku mesti pindah tugas dari kota K ke kota P. Alhasil waktu tersebut aku baru dua bulan masuk ruang belajar 1 SMA sayang andai harus pindah, lagipula sekolahku ialah sekolah swasta yang membutuhkan ongkos banyak.

Atas kepandaian orangtuaku, aku mesti kos. Maka aku diantar oleh kedua orangtuaku dan keempat adik-adikku menduduki kos baru. Rumah kosku paling besar, dengan model kuno khas ukiran Jepara. Berbentuk letter L dengan halaman luas, ada sepasang pohon mangga.

Ruang tamu yang memanjang kebelakang yang bersekat dimana ada empat kamar di unsur tengahnya yang berhadapan langsung dengan ruang makan. Semuanya berjumlah sepuluh kamar.

Aku sendiri sedang di kamar terakhir di unsur letter L-nya. Empat kamar tergolong kamarku berakses langsung terbit melalui pintu samping dengan halaman kecil di tanami pohon mangga kecil. Dipisahkan oleh tembok belakang suatu rumah.

Teman-teman kosku masa-masa itu mempunyai nama Mbak Mamiek, Mbak Mur, Mas Prayitno, Mbak Srini, Indarto, Sularno dan empunya Kos. Rumah unsur depan yang tepat memberi batas kamarku mempunyai dua anak perempuan, Tika ruang belajar tiga SMP dan Sutarmi SD ke las 6.

Ukuran tubuhku biasa-biasa saja 168, berat 60 dengan tahi lalat di dagu sebelah kanan dan rahang sebelah kiri yang kata mbak Srini unik dan sekaligus membuatku manis kata mbak Srini, sebenarnya aku laki-laki tulen urusan ini nanti aku ceritakan. Ukuran penisku pun normal, tegak lonjong keatas tanpa membengkok.

Setiap pagi sejak duduk di SD aku tidak jarang kali merendam dengan teh basi sekitar 10 menit “tanpa diberi gula loh (entar di krubut semut, dapat berabe he.. he..), kemudian pelan-pelan di kocok-kocok, diremas tidak boleh sampe terbit mani (seringnya sih keluar, abis enak sih). Itu kata anak-anak kos sebelah rumahku dahulu, entah benar atau tidak. Manfaatnya? Itu pun aku belum tahu.

Hari-hari berlalu, aku telah mulai terbiasa dengan lingkunganku yang baru, aku sering terbit dengan teman-temanku yang baru. Terutama mas Prayit tidak jarang meminta menemaniku untuk mendatangi pacarnya, sebel juga berakhir jadi obat nyamuk sih.

Saat kami kembali sering kami berjumpa dengan Tika. Kami berhenti dan mas Prayit tidak jarang menggoda cewek itu, orangnya sih khas cewek K, radak item dibilang cantik pun enggak, manis pun enggak. Lalu apa dong, yah kayak gitu lah.

Lama kelamaan aku pun iseng-iseng ikut menggodanya. Dia kembali jam 12.45 sementara aku kembali jam 13.30 dan Cuma aku yang masih sekolah teman-teman kosku telah bekerja semua, sangat cepat jam 17 mereka baru kembali praktis cuman aku yang kembali awal.

Aku mendekat, dia melulu mengenakan celana pendek olahraganya dan berkaos tanpa lengan sedang menyimak sebuah novel. Lumayan, tidak hitam-hitam amat demikian pikirku manakala ekor mataku mencari kakinya.

Begitulah, tidak jarang aku menggodanya dan nampaknya dia suka. Naluri laki-lakiku mengatakan bila dia sebetulnya ada hati kepadaku. Atas dasar keisengan, aku menciptakan sebuah surat di atas kertas surat berwarna pink dan harum dengan ukuran artikel agak besar. Sangat singkat, “Tika, I love u” lantas pada malam harinya aku sisipkan di jendela kamarnya, dari luar aku dengar dia sedang bersenandung kecil mendendangkan lagu dangdut kesukaanya.

Dengan cepat kertasku tertarik masuk, hatiku terkesiap fobia kalau-kalau bukan Tika yang menariknya. Tidak sejumlah lama lampu dimatikan dan jendela terbuka, ah Tika melongokkan kepalanya keluar. Ketika dia melihatku dia tersenyum kemudian melambai agar aku mendekat. Kemudian aku mendekat. Ketika aku menghampiri tiba-tiba “Cuupp>¦¦<!”

Tika mengecup bibirku, aku terperanjat atas perlakuan itu. Belum lagi keterkejutanku hilang Tika mengulangi perbuatannya. Kali ini dengan sigap aku rengkuh pundaknya, aku lumat bibirnya.

Gantian Tika yang terkejut, dia melulu ingin membalas suratku dengan kecupan kilat malah aku tidak kalah cepat. Lidahku meliuk-liuk dalam mulutnya yang menganga sebab terkejut, terlihat sekali dia belum pernah mengerjakan ciuman. “Mmmppphh…”

Lalu tubuhnya mengejang, rona wajahnya memerah desiran panas napas kami mulai memburu. Tika memejamkan matanya pelan dia mulai mengekor lidahku yang mengembara rongga mulutnya dan dia melenguh pelan terbendung manakala lidah-lidahku menaut lembut lidahnya. Refleks tangan kirinya merengkuh tengkukku, unik lembut kepalaku dan tangan kirinya bertopang pada tepian daun jendela.

Dalam keadaan gelap, pelan aku turunkan telapak tangan kananku dan meraih gundukan payudaran sebelah kirinya. “Ah..!”

Tika melenguh lirih dan terkejut, menepis pelan tanganku. “Sudah malam, kelak yah?” Bisiknya lirih, memberiku satu kecupan dan memblokir daun jendela. Jam sudah mengindikasikan pukul 10 malam.

Paginya laksana biasa aku siap-siap berkeinginan berangkat, aku biasa naik angkutan umum toh motor pun ada namun enggak seru. Kebetulan angkutan kosku pangkalan kedua angkutan jadi belum tidak sedikit penumpangnya dan aku dapat memilih lokasi duduk.

Nah, serunya pas pangkalan ke tiga telah mulai sarat anak-anak sekolah lagipula jalurnya melalui tiga SMA dan 1 SMP, bayangkan deh pas penuh-penuhnya lumayan bisa senggolan susu, he… he…

Tika sudah menantikan di samping rumahnya di balik kerindangan pohon Mahkotadewa. Aku berangkatnya agak siang, soalnya sekolahku masuk pukul 7.15, maklum tidak sedikit atlit Pelatnas yang bersekolah disekolahku dan seringkali Tika telah berangkat, tentu dia menungguku toh sejak malam tersebut aku sah jadi pacarnya.

Aku menengok kekanan dan kekiri, kedua orangtua yang seorang guru dan adiknya telah berangkat sejak tadi, Tika biasa memakai sepeda.

“Maaf tadi malam, marah?” Senyuman dan guratan giginya semakin terlihat putih dipadu rona wajahnya yang coklat kehitaman. “Tidak tuh,” sambil aku menghampirinya di kerimbunan. Entah kenapa dia pun beranjak semakin masuk ke lorong samping rumahnya dan pastinya kami semakin tidak terlihat dari luar.

“Habis surat anda sudah malam sih.” Aku raih tangannya dan pelan aku rapatkan tubuhku kearahnya dan aku cium bibirnya ah.. dingin-dingin empuk. Lidah-lidah kami bertautan, matanya terpejam. Jarum jam mengindikasikan pukul 6.35 jadi masih terdapat waktu bikin bercinta!

Karena belum terbiasa dan guna kesatu kalinya dia memegang maka genggamannya tidak banyak kencang dan tidak terdapat reaksi di samping menggenggam. Toh aku pun tidak pernah tahu sebab ini pun baru kesatu kalinya aku memperlakukan lawan jenisku hingga jauh.

“Mmmpp…” “Hhh… Hhhh…” Ciumanku merayap turun ke payudaranya dan tanganku mulai meraba-raba gundukan diatas selangkangannya.

Karena belum terbiasa dan guna kesatu kalinya dia memegang maka genggamannya tidak banyak kencang dan tidak terdapat reaksi di samping menggenggam. Toh aku pun tidak pernah tahu sebab ini pun baru kesatu kalinya aku memperlakukan lawan jenisku hingga jauh.

“Mmmpp…” “Hhh… Hhhh…” Ciumanku merayap turun ke payudaranya dan tanganku mulai meraba-raba gundukan diatas selangkangannya.

“Hhhmmmpp…” Aku serasa melayang saat tangan lembut yang menggenggam batang kontuolku tidak banyak naik meraup kepala kontuolku. Tegang dan keras sekali.

“Sayang…” Demikian bisiknya lirih di telingaku saat tanganku pelan menyibakkan rok seragam biru milikya tidak banyak naik. Tika mengusung tidak banyak pantatnya sampai-sampai dengan bebas roknya tersibak keatas. Ketika aku menoleh kebawah Tika mendadak menysupkan kepalanya kedadaku, malu tapi inginkan dan suka.

Pernyataan cinta yang secara iseng aku lontarkan ternyata mendapat sambutan yang sedemikian dasyatnya. Sungguh dia sekarang pasrah terlentang di bawahku. Sementara aku, melulu nafsu yang berputar-putar didalam otakku.

Ulangan Fisika pada jam kesatu dengan pak Anton sang guru killer dimana tak terdapat ampun untuk yang tidak masuk pelajarannya tanpa surat keterangan lagipula saat ulangan telah tidak aku pikirkan.

Aku rentangkan lutut Tika biar pinggulku tidak banyak leluasa menindih tubuhnya. Tika melulu menurut keterangan dari saja. Aku genggam batang kontuolku, aku arahkan kelobang vaginnanya.

Naluri laki-lakiku seakan-akan secara otomatis bekerja. Saat unsur kepala menempel di unsur lembut dan basah aku unik napas untuk meminimalisir keteganggan.

“Sreet…” Terasa kepala kontuolku menyibak sesuatu saat pinggulku aku tekan sedikit. Tika tidak banyak mengrenyitkan dahinya tanda terdapat sesuatu yang aneh. Kembali laksana menyobek sesuatu.

Kini Tika menggigit bibir unsur bawahnya, wajahnya tidak banyak tegang sedangkan wajahku juga demikian, cengkeraman tanganku tidak banyak gemetar saat aku dorong pantatku kebawah.

Tangannya menggenggam erat, pahanya mengapit kuat pantatku dan wajahnya semakin terpejam. Aku berikan kecupan lembut kebibirnya kemudian dia mulai menangis. Dan mendekap tubuhku dengan erat dengan tidak mencungkil jepitan pahanya di pantatku justri kakinya yang terangkat ditaruh diatas betisku.

Berlahan pantatku aku mainkan naik-turun, guna menenangkannya aku membisikkan sesuatu ketelinganya, “Sakit…?” “Aku tahan, aku sayang kamu…”

Suara berderit pada dipan bambu menyangga tubuh kami ketika kontuolku aku maju-mundurkan, Tika tidak mencungkil pelukannya dan kedua kakinya tetap berada diatas betisku dan kali ini jepitan pahanya di pantatku tidak banyak mengendor.

“Plak… plak… plak…” Kelamin kemi menerbitkan bunyi khas ketika saling bergesekan dan suara tersebut adalahkesatu kalinya kami dengar.

Dua puluh menit selesai dari aku sukses memerawani Tika, aku terus memainkan kontuolku maklum masih jejaka jadi maju-mundur, maju-mundur terus tanpa terdapat variasi. Toh dengan begitu lambat laun rasa perih pada Tika mulai hilang, aku juga demikian.

Aku terus menggenjot ketika Tika telah jatuh terlentang, kedua kakinya terkulai mengkangkang. Aku topang badanku dengan kedua tanganku kali ini pantatku bebas naik turun. Lesatan kontuolku di dalam vaginnanya laksana terpedo yang dikenalkan dari suatu kapal selam. Seperti terdapat sesuatu yang akan terbit aku percepat gerakan pantatku naik-turun. Dan… “Ahhhhhh…” “Crott.. croot.. crooot…” Bersamaan dengan aku semprotkan air maniku tiba-tiba.

Bandar Online Aman dan Tidak Ada BATASAN LINE BETTING
Hadiah = 4D 3.000.000 3D 400.000 2D 70.000

auroratoto
auroratoto

Post a Comment

[blogger]

Author Name

Contact Form

Name

Email *

Message *

Powered by Blogger.