Cerita Ngentot Tante Horni




Cerita Mesum “Pak, antar hamba ke wisma sakit dalam pluit sungguh. Yang lekas ya. ” Kata liang ke demikian menaiki mobil. “Baik peti. ” Tanda si supir gua. Sesudah sampai pada rumah perih, dengan terburu buru tempat langsung pergi ke lubang 402. Emas tempawan gua sinambung tertuju di seorang adam yang pusat berbaring dalam ranjang orang sakit yang sedang tidak sadarkan diri. “Gimana ceritanya datang bisa sebagai itu Tin? ” tanya liang ke seorang gadis yang duduk didekatnya. “Aku pula ga tau om Erwin. Pas saya masuk ruang papa, awak lihat abah sudah semaput. Aku ga tau kudu gimana.

Saya kan ga kenal sapa siapa disini, jadi Semata-mata om yang bisa saya mintai sokong. ” Perintah Tini menangis kecil. Oleh sebab itu sebenarnya laki-laki yang lumayan pingsan itu adalah Ren. Dia ialah teman yang sekaligus hidup sebagai anak buah gua. Sebab gua & Ren pas dekat, oleh karena itu sesekali tempat main di rumahnya jadi gua sedang kenal secara anaknya yang bernama Tini. Sepengamatan liang, Tini merupakan anak yang cukup meriah. Wajahnya mempesona dan badanya masih amat seksi meremet. Maklum aja, usianya segar menginjak 19. “Gapapa Tini. Apa tanda dokter? ” tanya tempat. “Kata dokter papa sampai serangan pusat. Terus kompatibel jatuh siapa tahu ada hantaman di kepalanya dan dokter masih merasai untuk kian detailnya.

Untung aku ikutin cepet ikutin saran om untuk kesini. Bahwa engga kiranya papa udah ga tersedia. ” Tanda gua. “Terus kapan ayah kamu sadarkan diri? ” tanya liang. “Dokter pun belum dapat tau jelas. Tapi barangkali papa mesti inap disini untuk seminggu pertama untuk mneghindari sesuatu hal yang ga diinginkan. ” Perintah Tini gundah. “Ya telah. Kamu ikutin saja perintah dokter. ” Kata tempat sambil menepik pundak Tini. “Itu …. “ tanda Tini lelet dan terbang pikiran ragu. “Ada apa Tin? ” bertanya gua. “Masalah biaya om. Pihak graha sakit butuh jaminan mencapai berbatas 100 juta untuk mengcover biaya abah. Dan awak sudah kudu menyetornya menyimpangkan lambat kelak. ” Tanda Tini menyedot bantuan liang. “Masalah perekonomian ya Tin.

Kalau tersebut om mesti cek lepas dana yang bisa om bantu. Jika ada setelah pasti Om bantu. Akan tetapi om ga bisa kasi jawaban saat ini. ” Perintah gua. “ Tini pula biar menunduk rengsa lagi. Tegas saja dia lesu. Disini dia cuma tinggal berdua dengan ayahnya. Ibunya sudah biasa lama menyisih dan dia juga ga memiliki belahan maupun suku di Jakarta. Tanpa terencana saat menyeluduk melihat Tini, gua tahu belahan toketnya dari kausnya yang sekutil terbuka. Bahwa dipikir kata hati wajah ni anak patut cantik, badanya juga departemen menggoda. Kiranya ini tatkala yang jelas untuk tempat manfaatin. Liang pun mulai dari memiliki jadwal kotor untuk menikmati awak dari keturunan temen liang.

Setelah menyejukkan Tini serta melihat Ren yang telah ditangani dokter, gua minta diri pulang tentu Tini. Sehabis gua amati, sepertinya tempat masih mempunyai dana rencana yang mampu gua manfaatkan untuk sehat Tini. Tempat melihat kearah jam yang sudah menunjukan pukul 6 sore. Liang pun mengikuti Tini untuk menjalankan susunan acara kotor liang. “Halo om? ” bertanya Tini. “Gimana keadaan ayah kamu? ” tanya tempat. “Masih belum sadarkan muncul om. ” Jawab Tini sedih. “Kamu sudah bisa pinjaman daripada orang unik belum? ” tanya liang harap cemas. “Belum om. Om bisa beri kan? Please. Kalau enga besok abah bisa dikeluarkan dari wisma sakit. ” Jawab Tini sambil suaranya mulai berputar menahan tangis. “Setelah om lihat tetap ada kiriman yang dapat om manfaatkan. Kamu mampu ke graha om waktu ini untuk tinggikan uangnya? ” pancing tempat. “Bisa om! Om sayang alamat om aja. Makasi banyak om! ” menjawab Tini suka begitu liang menyanggupi permintaanya.

Gua mengirimi alamat tempat yang terdapat dibilangan Mangga Besar. Lalu menunggu kehadiran Tini, liang memasukan duit tunai 100 juta kedalam amplop coklat. Tok tok. Walhasil yang ditunggu datang pula pikir tempat. Gua menolak pintu & mempersilahkan Tini masuk. “Kamu sudah menjarah? ” bertanya gua. “Belum Om. ” Jawab Tini. “Ya sudah biasa, sementara awak lupakan seksi kamu lepas. Jangan datang kamu ga makan serta nanti pola sakit. ” Kata liang sambil menjemput Tini di ruang mencopet. “Tapi Om bisa angkat masalah saya kaan? ” Tanya Tini sekali sedang untuk memastikan dirinya. “Bisa.

Sudah engkau makan lepas aja. ” Jawab tempat. Kita pula biar makan santapan yang telah gua memo sebelumya. Sementara makan, liang memperhatikan roman dan pranata Tini yang cukup menjulung. Wajahnya dipandang lihat kadang cantik. Keonaran ketat & juga seluar pendek yang dia pakai membuat tempat bisa beserta mudah mengamati lekukan jasad Tini. Badanya masih balig khas abg di umumnya. Disematkan ukuran toketnya yang gede menambah keseksian badan abg yang wahid ini. Rampung makan, Tini dengan kejar buru tepat kembali di tujuan dia kemari. “Jadi om saat bisa beri aku? ” tanya Tini. “Ini om bisa angkat. ” Tanda gua lalu memegang persembahan coklat yang sudah liang persiapkan. “Makasi om. ” Jawab Tini sambil tersenyum. Gua pula biar membalas senyuman bahagia Tini dengan senyuman mesum.

Tempat bangkit hidup dan sulih duduk kesebelah Tini. “Tin, papa awak kan temen om. Oleh karena itu uang tersebut bukan om pinjamkan, akan tetapi om rahmat. ” Perintah gua. “Serius om? Makasih banyak om! ” perintah Tini serta memegang tangan gua sangking girangnya. “Tapi karena duit ini jumlahnya besar, om perlu lumayan balasan. ” Kata tempat. “Balasan segala sesuatu aja tentu papa sependapat. ” Menjawab Tini yang masih belum sadar hendak kemauan liang. “Kamu sedang perawan kendi Tin? “ tanya tempat sambil meletakan tangan liang di paha mulusnya.

Bukan menjawab pengaruh gua, Tini langsung menghalangi tangan tempat dan jaga berdiri. “Aku bukan putri kayak yang om pendapat. ” Elakan Tini keras sambil bertindak kearah gerbang. “Yah, bahwa kamu kian memilih kesucian kamu dari nyawa ayah kamu mangga saja. Om ga nadir. ” Tanda gua bebas. Tini teringa-inga sesaat. Renek dia mengenyal badan serta kembali hidup di menyeberang gua. “Please om. Bukanya papa temen om. Tidak lakuin itu. ” Tempahan Tini lalu mulai menangis. Tampaknya dia sadar jika gua ialah satu satunya orang yang dia langsung yang sanggup untuk ngasi pinjaman pada jumlah raksasa. “Dalam sehari kamu dapat dapetin duit 100 juta. Ini jalan yang gampang kan. ” Kata liang. “Please om. Bantu Tini. Jangan pilau gini. ” Kata Tini mulai menangis kecil.

“kamu duduknya tersendiri banget. Om ga mampu denger. ” Kata hamba sambil menggampar paha tempat sendiri. Tini dengan semak hati pindah di sebelah liang. “Kok kesebelah, sini dong. ” Perintah gua serta kembali menepik paha tempat. Tau keperluan gua & ga punya pilihan, walhasil Tini hidup di ribaan gua. Liang bisa ngerasain empuknya bokong Tini. “Sudah jangan nangis. Om jelas bantu mengapa. ” Tanda gua berbisik di kupingnya. Tangan liang mulai memiliki toketnya yang besar. “jangan Om orang baru yang ngerasain kenyelnya toket lu akur Tin? ” Goda tempat. “Please Om. Stop….. “ kata Tini sambil menangis. Air matanya mulai menusuk deras.

“Mendingan kamu nikmatin aja, lagian ngentot tu enak mengapa. Pasti situ suka. ” Kata hamba sambil menekan remas toket Tini serta menggesekan pelir gue di pantatnya. Memperoleh pelecehan ulah ini Tini hanya dapat menangis tanpa berbuat penuh. “Kalau sira diem gini aja, pilau main kolektif boneka. Asian gua angkat ni 100 juta di alexis. ” Ancam liang sambil menyungkit badan Tini dari ribaan gua. “Please jangan Om.,,, papa perlu uang ini. ” Perintah Tini kalang kabut begitu menurut gua invalid membantunya. “Usaha dong. Jika diem mampu gini asian lu gagar orang beda aja untuk bantu situ. Om target ke alexis aja. ” Ancam tempat. “Ampun om. Tini ga pernah eksentrik aneh sugih gini. Ajarin Tini. Please…. Tini zakar uangnya untuk papa. “ Kata Tini sambil menyimpan tangan liang.

“Ya sudah biasa, biar om mood nya bagus juga kamu sibak baju lalu striptis. Om mau pandang. ” Tanda gua balik duduk rileks kalem di sofa. “Striptis om? ” bertanya Tini gelisah. “Iya, Striptis. Tau kendi? Joget panas yang sensual sambil uraikan tu keonaran dan serawal. ” Perintah gua. Secara ragu Tini mulai menggoyangkan badanya secara cukup departemen namun luar biasa kaku. Tahu Tini yang sudah berserah saja beserta permintaan tempat, gua start mengambil HP dan mencetak dia. “Jangan! ” tanda Tini serta mencoba menjemput HP liang. “Mau uangnya ga? ” ancam tempat.

Tau bahwa dia padahal tidak di posisi mampu menego, Tini kembali bergerak. Perlahan padang tanganya mulai dari menarik kaosnya keatas mencapai berbatas akhirnya mencopot kaos yang dia pakai. “Gede luar biasa tu toket. Hahaha. ” Kata liang sambil tertawa. Spontan Tini menutupi toketnya. “Lanjut striptisnya. Masih tersedia celana yang belom dibuka. ” Tanda gua. Serta menahan tangis, Tini meleset meliukan badanya dan start melepas celananya. Akhirnya seluar Tini kendati sudah dicopot. Tini tampak sangat sensual dbalut BH dan kolor yang bewarna merah tegas. Sangat selisih dengan kulitnya yang suci. Postur tubuhnya yang langkai, toketnya yang besar & bulat serta perutnya yang rata & mulus memproduksi gua makin ngaceng.

Lalu memberi patois kepada Tini untuk langsung melanjutkan striptisnya, gua melepas pakaian tempat sampai telanjang. Mata Tini melotot tahu kontol liang yang berukuran jumbo. Karakter mukanya bertambah takut, menduga kontol tempat yang gede ini bakal menyodok menyerap memeknya yang masih putri. “Ayo tarian terus lalu buka BH sama kolor lu. Udah ga damai ni. ” Kata liang sambil langsung merekam. Permulaan tapi tentu, gerakan Tini semakin lambat terlihat tambah luwes. Kesudahannya yang ditunggu tungu sampai.

BH warna merah yang dia kenakan kesudahannya jatuh kelantai. Gua sinambung melotot mengamati pentil Tini. Tketnya yang besar, pusang dan bersih ternyata pentilnya kecil serta bewarna merah muda. “Pentil sira pink sungguh. Ga sempat dikenyot kenyot ya Tin? ” kacau gua. Tini hanya senyap sambil langsung meliukan badanya. Dengan terbang pikiran, Tini melepas kolor berma yang jadi penutup badanya yng belakang. Gua dapat meihat memeknya yang masihsangat rapet & ditumbuhi sekutil bulu halus. Hamba memberi seruan ke Tini untuk balik duduk pada pangkuan tempat. “Ehm…” Desh gua lambat begitu bokong mulus Tini menggencet titit gua yang keras. “Ah. Sakit sungguh om? ” kata Tini panik mengikuti desahan liang. “Enga mengapa sayang. Senang malahan. ” Kata tempat.

 ofensif dadakan. Ga lama tempat kembali mengecup bibirnya serta kita meleset bermain menceletuk. Ludah liang dan Tini udah terlalu banyak dan lumayan meluber di bibir kalian masing sangking napsunya. Kepala tempat mulai diturunkan dan start menjilati menyelentik nya. “Ahhhhh” desah Tini begitu memotong gua yang basah menjilati pentilnya. “Enak kan cinta. ” Mampu gua lalu terus menetek. Sambil mengigit kecil mementil kiri Tini, tangan liang terus menekan remas toket kananya. “ahhhh…ahhhh. ” desahan Tini bertambah menggebu memperoleh remasan & juga gigitan di toketnya. Jilatan tempat mulai sepi, dari pentilnya sekarang menceletuk gua udah ermain pada pusarnya serta terus diturunkan ke memeknya yang rapet.

Gua sagur sehingga lubang gue akurat di memeknya Tini. Tangan gua mulai dari membuka memeknya yang tetap sangat rapet itu. Demikian mulai terkuak gue mengontrol sedikit & ternyata sedang bewarna merah muda khas abg. Jari liang mulai mengangkat tonjolan mungil yang terdapat didalamnya serta membuat Tini mendesah ketenteraman. Gue start menjilati memeknya yang mulai dari becek tentu cairan nya sendiri. “Memek kamu lembek banget Tin. ” Perintah gua serta terus menikmat cariran tempik Tini. Tini mulai tercemplung napsu terpendamnya.

Kaki daksina Tini dinaikan ke bahu gua oleh karena itu gua mampu lebih lawas menjilati klitoris Tini. “Ahhhhh…” leguh Tini begitu memotong gua meretas masuk. “Enak kan Tin? Udah om bantu dana papa engkau, sekarang om bantu muasin hasrat awak. ” Tanda gua & terus menjilati klitorisnya. Ga tahan beserta permainan menceletuk gua, Tini memegang penyelenggara gua sanding dan langsung dijejelkan di memeknya. Tahu Tini yang sudah mereguk dosa tersebut, gua tambah semangat merayu memeknya secara lidah. “Ahh…om Erwin!! ” pekik Tini. Cairan memeknya keuar pas banyak kesempatan ini. “Udah pucuk ya? ” kata tempat berhenti menjilati memeknya. “ahh…” Tini seharga bisa kosong sambil mengetes mengatur napasnya kembali.

Tini duduk dalam lantai sebab energinya terkuras saat orgasme tadi. Mengamati posisi Tini yang hidup lemas, liang langsung muncul dan menggantungkan kontol tempat yang telah keras di depan wajahnya. “Sekarang sepongin om. ” Kata liang sambil menggesekan kontol tempat ke pipinya. “Tini marah om. Tanpa. ” Perintah Tini menyodorkan untuk memasukan kontol liang ke mulutnya. “Jadi udah ga demi uang? ” kata tempat kembali merusuhkan dan menghindar dari Tini. Takut kemudaratan bantuan, Tini langsungmemeluk suku gua serta mengecup baur kontol liang. “Gitu dong. Sekarang jilatin batang nya dulu. ” Kata tempat memberi tuntunan kepada Tini yang tetap pemula.

Beserta ragu Tini mulai menyenggau batang titit gua. Lidahnya perlahan ladang bergerak menjilati mulai dari lembah ke atas & semakin lelet semakin segera. “Baru pertama-tama tapi udah tau saja yang senang kaya gimana. ” perintah gua menghormati permainan memotong Tini. Lega batang liang dijilati sambil Tini, tempat menekan kepala negeri Tini agar jilatanya silih ke-2 biji peler gua. Kobaran Tini berasa sungguh jijik dan pun nikmat. Cuma sebentar sekadar, kontol serta peler liang sudah bersimbah dengan liur Tini.

“Sekarang masukin pelir gua di mulut engkau. ” Tanda gua lalu mengelus serat Tini. “Ta…. tapi om. Ukuran titit om raksasa banget. Ga akan terima sama muncung Tini. ” kata Tini sambil memiliki kontol tempat dengan tanganya. “Muat mengapa sayang. Udah dicoba lepas. ” Perintah gua serta menjejelkan pelir gua di mulutnya. Tini dengan tegak membuka mulutnya dan beserta susah sendat memasukan penyelenggara kontol liang. Setelah kaum kali tidak berhasil, kali ini Tini membuka mulutnya lebar luhur dan titit gua walhasil berhasil merasuk ke mulutnya. “AHHHH… segak banget. ” Kata tempat merasakan hangatnya mulut Tini yang dipenuhi ludahnya otonom. Tini yang merasa bukan nyaman secara kepala pelir gua yang masuk di mulutnya lansung menepuk paha gua serupa isyarat untuk mengeluarkanya. Geser alih mengirai kontol liang keluar daripada mulutnya, tempat semakin hidup untuk menikmat mulutnya. Tempat langsung menyimpan kepala Tini dengan menjelang dan beserta satu hentakan keras, titit gua sinambung masuk setengahnya. “UGHHH!!!! ” Tini tepat terbatuk & ingin turun karea sodokan gua. Liang bisa ngerasain kepala kontl gua menjamah ujung potongan mulutnya.

Tahu Tini yangterbatuk batuk bukanya membuat liang iba tetapi semakin mengeraskan birahi tempat. Gua secara cepat menggecek nyodok lubang Tini datang ludah Tini muncrat atas sela interval kontol liang. Walau pelir gua berasa sakit olehkarena itu menabrak giginya setiap periode gua nyodok mulutnya, namun sensasi memperkosa mulut gadis Tini ngebuat gua ga bisa dingin menyodok mulutnya. Air emas tempawan mulai Tini mulai terpelanting dan dia terus menggampar pantat tempat supaya liang berhenti mendemik mulutnya. Walhasil gua melepaskan kontol tempat dari mulutnya. Air liur Tini langsung cerai-berai keluar jadi wajahnya tampil semakin keras kepala. “uhukk…. Hoek!! ” Tini terbatuk batuk sebagaimana ingin turun.

Melihat Tini yang luwes dan terbatuk batuk, liang langsung menolong Tini. “Kya! ” jeritan Tini nanap dengan trik gua yang tiba sampai. Tangan Tini secara kontan langsung dikaitkan ke sosial gua agar ga rontok. “Sekarang keadaan om yang dibikin puncak. ” Tanda gua lalu menggendong Tini menuju tempat tidur gua. Amat masuk kedalam kamar, tempat langsung membuang badan Tini ke tilam. Sadar apa-apa yang hendak segera liang lakukan, Tini langsung memelas karena waham. “Ampun om, Tini benih jilatin sedang tapi tidak yang itu om. ” Kata Tini gemeteran tahu ukuran titit gua yang akan menyabat memeknya. “Jangan takut jantung hati. Nanti pula kamu nikmatin kayak tadinya. Awalnya segan akhirnya naikin kaki di pundak om supaya pucuk. Hahaha. ” Kata tempat mengingatkan Tini akan tingkah laku cabulnya. Roman Tini memijat, entah sebab marah liang lecehin ataupun karena meleng atas tingkahnya saat tercemplung hasrat sex nya.

Tempat mendekati Tini dan start menciumi toketnya yang rapuh. Jilatan pada pentilnya ngebuat Tini sekutil mendesah. “Ehm…” Desah Tini yang kemudia langsung ditutp oleh tanganya sendiri seolah mencoba untuk menguasai napsunya. Gua mulai dari mengenyot toket Tini serta mengigit gigit kecil menyelentik Tini yang ngebuat desahan Tini maskin terdengar terbuka walau sedang ditutup beserta tanganya. Lubang gua start menuruni awak Tini. Sambaran gua sepi ke lambung dan tampil main sejenang di pusarnya dan langsung turun sampai akhirnya balik bersarang dalam memeknya. Liang mengangkat ke-2 kaki Tini kearah yang berlawanan untuk memudahkan menceletuk gua untuk menerobos menyerap keklitorisnya. “AHHHH! ” kali ini desahan Tini ga lagi dapat dibungkam sama tanganya swasembada. Jilatan tempat semakin menyelami kedalam & Tini langsung mendesah keselesaan. Tanganya sudah biasa ga juga mencoba membungkan desahan binalnya. Akhirnya liang berhenti menjilati memek Tini begitu tempat rasa foreplaynya sudah sedang dan tersebut saatnya untuk mengambil virginitas Tini.

“Nikmat kan cinta. Akan kian nikmat jika ini yang masuk dibandingin lidah om. ” Perintah gua serta menempelkan kepala negeri kontol liang ke bingkai memeknya. Walaupun sudah terlena oleh hasratnya, Tini tetap bisa lumayan menguasai dirinya untuk menekan gua memasukan kedalam memeknya. “Om.. Tamat OM!! ” kata Tini sambil menyarak paha tempat tepat disaat gua menguji untuk menggecek kontol liang. “Jangan pulsa dong jantung hati. Om sosok lembut mengapa masukinya kendi kamu merasuk perawan. ” Kata tempat sambil meleset memposisikan pelir gua. “Jangan om… tanpa! Tini ga mau kekeringan perawan. ” kata Tini ketakutan lalu meronta ronta. Tini mulai dari menyesali dekrit yang dia ambil waktu ini. Tanpa disengaja kaki Tini menendang titit gua lelet. “Ahh.. maafin Tini om. ” Tanda Tini gelisah begitu kakinya menendang pelir gua. “Kayaknya lu ga bisa dibilangin. Sini sira. ” Perintah gua terbakar emosi. Tempat langsung memukau kaki Tini sehingga titit gue kemali menempel pada memeknya. “Mampus lu! ” kata liang terbawa perasaan. Dengan mono hentakan rusuh, kontol tempat langsung menyerap 3/4 kedalam memeknya. “ARGHHH!!! Sakit!!! keluarin OM!!!!! ” teriak Tini begitu jaringan keperawananya liang robek.

Liang mencabut pelir gua serta melihat resam yang menumpang di titit dan pun mengalir tampak dari pepek Tini. “Hahahaha. Akhirnya dapat juga putri lu. ” Kata tempat sambil mempersembahkan kontol liang yang terjumpa bercak warna merah ke Tini. Sambil menutup rasa linu, Tini meringkukan badanya serta menangis. “Om sialan! Perampas. Hiks…” sumpah Tini lalu menangis kesakitan. “Sudahlah, asian lu nikmatin aja. Meski pun lu telah ga gadis tapi situ jadi bani berbakti. ” Kata tempat menarik tangan Tini mencapai berbatas terbuka sedang. Karena kesakitan, kali ini Tini ga memiliki tenaga untuk meronta. Secara cepat liang kembali memasak memeknya secara kontol tempat yang sudah biasa keras. Beserta cepat & kasa liang terus mendemik memeknya. Setap kali tempat menyodok, liang bisa ngerasin kepala pelir gua memeriksa ujung dar memeknya. “ArRRGHH ARGGGHH ahhhh…ahhhh.. ” Pekikan Tini renek lahan bidis. Yang mulanya kesakitan lambat kelamaan start berubah sebagai erangan nyaman.

Bosan beserta posisi man on utama, mambalik pranata Tini terlintas tengkurap serta kemudian membawa sedikit pinggulnya sampai kesudahannya Tini berpengaruh di status menungging. “Ini posisi yang om senang. ” Tanda gua serta mengelus ke-2 pantat Tini yang amat montok. Uraian juga bertambah indah olehkarena itu tepat lepas Tini ditemui kaca yang menempel dalam pintu lemari pakaian. Tempat bisa ngeliat ekspresi halaman sayu Tini ditambah toketnya yang menjemur indah. Tini ga mengatakan apa segala sesuatu mendengar ujar gua. Entah karena emosinya hancur sebab keperawananya diambil dengan berangasan atau karea dia telah menikmati sex dan segan mengakuinya. Secara cepat ga kembali memasukan kontol tempat ke memeknya. “AHHH” leguh Tini.

Serta terus menggiatkan Tini, tangan gua langsung meremas bongkahan bokong Tini. Tercemplung napsu, Tini mulai memaju mundurkan pinggulnya sendiri sejajar dengan sodokan gua. Mengamati hal it, gua sinambung berhenti menyodokan kontol liang. “Hahaha! Terutama sekarng sudah biasa bisa masuk goyang. ” Goda tempat melihat Tini yang ga bisa menyudahi diri. Tini meoleh secara tatapan superior sange. Ga memperdulikan gangguan gua, Tini terus memaju mundurkan pantatnya. Gerakan Tini semakin lelet semakin lekas dan ga jadi ga kuasa untuk terus menyelidiki dia. Tangan gua tepat memegang pinggulnya dan balik menyodokan titit gua beserta cepat & kasar. “Ahh…AHHH…AHHH. ” desah Tini jadi ga menceletuk karuan.

Liang memeluk awak Tini daripada beelakang secara satu tangan dan tangan satunya juga meremas remeas toketnya yang menggantung menawan. “Lihat kedepan. Lihat suak sange sira. Itu bangun lu yang sebenrnya. ” Kata liang berbisik pada kuping Tini. Tini mengamati ke paras depan serta terpaku sepintas. Tini tahu gambaran dirinya di kristal dengan suak sangenya yang sangat menimati seks. Disodok dari besok sambil diremas remas toketnya.

Sodokan tempat semakin segera melihat representasi kami atas cermin. “AHHH…. AHHHH…” desah Tini ketenteraman dengan hentakan kerokot yang liang lakuin. “Tin, om telah mau menongol. Memek situ rapet sungguh. ” Perintah gua lalu semakin muluk menyodok memeknya. “Aahhhh…. ” desah Tini panjang demikian mencapai orgasme sebelum tempat. Mendengar desahan Tini yang sangat liar ngebuat peju gua tambah terpompa di ujung pelir. Gua sinambung mencabut titit gua & memuncratka peju gua yang kentel di pantat Tini. “AHHHH” desah gua keselesaan begitu peju gua membasasi pantat serta sebagian menyembur ke belakang Tini.

Tini jatuh terngkurep dirajang olehkarena itu kelelahan & gua pula biar tiduran dalam sebelahnya. “Nikmat kan cinta. ” Tanda gua berbisik sambil sekutil mencumbu kupingnya. “……” Tini hanya hambar saja menyusun napasnya. Demikian sudah ga terlalu penat, gua bangun berdiri serta mengambil HP gua. Beserta semangat liang memvideokan Tini yang terjengkang tanpa baju dan peju gua yang masih menumpang di pantatnya. “Tin. ” Panggil tempat. Tini menengok dan mengamati gua yang sedang menvideokan dirinya. Dia langsung mengetes menutupi toket dan memeknya dengan ke-2 tanganya. “Sekarang bersihin pelir gue daripada peju & darah pake mulut sira. ” Perintah gua serta terus ngerekam. “Ta…tapi…” Tini terlihat nek dengan usul gua. “Abis ini duitnya om sayang. ” Permufakatan gua.

Tini mulai mengait kontol liang dan lidahnya menapu titit gua sampai bersih. “udah ya om. ” Tanda Tini lalu melihat di arah tempat yang langsung merekam kebinalanya. “Ujung pelir gua sedang ada peju. ” Perintah gua. Memotong Tini mulai dari menjilati mungkum kencing liang, kemudian penyelenggara kontol tempat dimasukan di mulutnya. “Plop” bunyi tatkala mulut Tini menghisap kepala negeri kontol liang dan lalu ditarik tampak.

Puas beserta Tini, tempat menepat permufakatan gua. “Ini uangnya. Unik kali om bakalan rahmat uang kudapan tambahan. ” Kata liang genit serta meremas toket Tini. Tini mengambil persembahan dari tangan gua serta buru kejar mengenakan pakaianya tanpa melenyapkan badanya terlebih dahulu. “Om anter kembali ya. ” Kata tempat. “Ga usah om. ” Kata Tini ketus. “Sudah malam loh Tin. ” Kata liang. “Gapapa om. Tini bertambah ojek saja. ” Menolak Tini. “Yakin kamu? Awak kamu rok peju gitu. Nanti ojeknya tau awak abis ngentot malah engkau diperkosa loh. ” Tanda gua menakut takuti Tini. Tini teringa-inga sesaat & akhirnnya ya untuk tempat antar berbalik.

Setelah sukses ngebujuk Tini, akhirnya dia mau liang anter. Toket Tini bertambah terlihat merespons beitu dia mengenakan celana dalam pengaman yang tepat menguraikan toketnya. “Toket kamu keliatan makin departemen aja Tin. ” Kacau gua. Tini tampak cuekin perkataan amoral gua. “Kok om dicuekin si. ” Kata tempat sambil mengepal toketnya. “AW! Apaan si om! ” pekik Tini kecil sebab kaget secara remasan liang. “Om ga tahan ngelihat toket awak. ” Perintah gua lalu terus ngeremas gundukan tegang Tini. Anjak alih menggagalkan tangan tempat, Tini terlihat menikmati remasan halus liang. Begitu sampai lampu berma, gua tepat menggunakan ke-2 tangan tempat untuk menekan remas toketnya. “Om tamat! Ada perencana disebelah. ” Tepis Tini. “Mereka ga kenal member kok jantung hati. ” Tanda gua serta meremas meleset toket Tini. Gua menilik ke haluan motor serta melihat halaman mupeng si pengendaranya.

Secara sangat mupeng dia mengerling kedalam paras memperhatikan toket Tini yang sedang liang remas memerah. Lagi super asiknya ngeremesin toket Tini, lampu pula biar berubah sebagai hijau & gua terdesak menjalankan balik mobil tempat. “Om puyeng. Sampai dipandang orang amat. ” Perintah Tini meleng malu. “Tapi kamu tenteram kan? Akui saja lah Tin. ” Kata liang. Tini cuma tertunduk segan tidak rencana mengakui bingkai binalnya. Tangan gua start meraba jamah paha Tini dan tiada tepisan atas Tini saat ini. Semakin lambat elusan tempat makin tinggal landas ke petunjuk memeknya. Tini yang tau mau liang mulai menggagas kedua pahanya lebar mega. “Tau saja mau om. Atau sebenernya kamu yang mau om cobel? Hahaha. ” Tawa tempat melihat watak Tini yang sangat bertentangan dengan ketika di wisma sakit. Beserta cepat liang melepas pin dan pula resleting serawal Tini. tangan gua pun menyusup kedalam kolornya. “Udah becek sedang aja ni sayang. ” Kata hamba begitu mendapat memek Tini yang becek.

Lagi juga Tini gak mengubris ujaran gua. Ujung tangan tengah serta telunjuk tempat mulai merasuk dan mencocok colok tempik Tini. “Ahhhh…. ahhhh.. ” Tini mengetuk matanya merasai permainan ujung tangan gua pada memeknya. “keenakan sampai berkedip-kedip ya Tin. ” Kacau gua. “AHHHH…. ”Tini menyangkal gua beserta desahan yang sangat panas. Desahan Tini semakin sunyi. Dia sudah biasa tidak mencoba untuk menahanya lagi. Ujung tangan gua medapati bagian gspot Tini. Pada setiap kali liang memainkan wilayah di menempel klitorisnya, Tini lansung mendesah kencang. Ga terasa telah 20 menit gua merencanakan mobil. Yang artinya sudah biasa 20 menit gua mengrepe grepe pranata Tini. “Sudah sampai ni Tin. ” Kata tempat sambil merintis kunci mobil gua. Tini melihat menongol dan pertama menyadari bahwa kita telah sampai. “Keenakan sampai ga sadar akur Tin. Hahaha” Goda liang. Alih geser turun, Tini malah memiliki tangan tempat. “Om, diturunkan sebentar sungguh. ” Tanda Tini lalu memegang tangan gua & menunduk. “Dasar lonte. ” Kata liang sambil tersenyum picik.

Menyidik kemauan Tini, gua memarkitkan mobil tempat ke garasinya dan menyerap kedalam graha Tini. Amat mengunci gapura, Tini sinambung memeluk liang dan menyerang mulut tempat. “Emmmm” liang langsung memalas ciuman Tini. Berbeda secara pas dalam rumah tempat, kali ini Tini sangat bernafsu. Mulutnya melumat habis muncung gua serta lidahnya beserta liar melatis masuk di dalam lubang gua. Di setiap inci bagia mulut liang dia menjilat jilat & lidah tempat juga ga lepas daripada jilatanya. Olehkarena itu sudah ga tahan pula, gua tepat melucuti pakaian Tini datang bugil. Secara kasar liang langsung merencah memek Tini dengan dua jari. “AHHH…. AHHH.. ”Tini melepas ciumanya dan mendesah dengan rusuh. Melihat Tini yang mulai dari kelojotan, tempat semakin lekas mengocok memeknya. “AHHH…. AHHH.. ARGHHHH! ” Ga perlu waktu lelet sampai Tini orgasme.

Siapa tahu rangsangan mulai dari mobil membuatnya segera mendapatkan orgasmenya. Badan Tini lunglai serta dia pula biar terduduk pada lantai olehkarena itu lemas. Kesempatan ini Tini secara inisiatif sinambung membuka seluar gua. “udah ga tabah pengen titit ya. ” Kata liang sambil menyapu kepala Tini. walau dia masih keletihan, tapi tanpa membuang saat, Tini tepat membuka serawal gua & memasukan pelir gua kedalam mulutnya beserta penuh napsu. Gua pun langsung menyimpan kepala Tini dan start menyodokan titit gua kedalam mulutnya secara kasar. “UGHH…”Tini mulai terbatuk batuk demikian kontol tempat yang menggecek kerongkonganya. “Enak kan. ” Kata liang sambil mengemplang pelan pipinya. Air liur Tini mulai terpelanting dan pada setiap kali dia terbatuk tersedia ludah yang ikut melancut dari jarak sela bibirnya. Gua mengirai kontol tempat dari mulutnya dan memukul pipinya beserta kontol liang yang maksimum dengan ludah Tini. “Kamu mau itu kan? ” kata tempat sambil mengemplang dan mengolesi wajah sangenya dengan ludah di pelir gua. “Ma…. mau. ” kata Tini.

Hanya pada sehari Tini sudah menyesar seperti ulam-ulam. Mungkin sebab selama tersebut dia muncul sangat indah baik tanpa mengenal kelamin sedikitpun, oleh sebab itu begitu diberi nikmatnya ngentot dia ga bisa menutup napsunya sedang. Gua sinambung menarik tangan Tini merasuk ke lubang ayahnya Tini. Karena deket dengan si ayah, liang sudah kurang lebih kali main ke wisma ini serta tau tentu akurat isi rumahnya. Gua tepat melempar awak Tini di ranjang. “taa…tapi om. ” Kata Tini kaget. “Om pengen ngentotin kamu dalam ranjang teritori papa tajuk mahkota kamu tilam. ” Perintah gua. Sedang terkaget, hamba langsung menunda badan Tini.

Cerita Hot Dewasa Tante Horni
Kontol tempat yang sudah biasa keras sinambung gua arahkan ke di memeknya. Ujung tangan gua menggagas bibir mememknya untuk mempermudah gua melaksanakan peneterasi. “AHHHHH…”desah Tini ketenteraman begitu liang menyodok memeknya. “Om…. Segak banget om. ” Tanda Tini mereguk setiap kesempatan gua mendemik memeknya. “Tin, Andai abah kamu tau kebinalan engkau. Hahaha. ” Kata tempat sambil mengabaikan muka liang ke sempang toketnya Tini. “AH…jangan tenteng papa om…AHhh. ” Kasar Tini diantara desahanya. Sebab sudah alang sange atas mobil, hamba ga mampu menahan tenggang. Dengan lekas gua merangsang memeknya. Toket Tini tampak bergoyang gegar indah menyidik hentakan tempat. “Coba om tau awak selonte itu, sudah om entot engkau dari lepas. ”

Perintah gua serta meremas ke-2 toket reda Tini. “Entot Tini langsung om…ahhh…. Tini udah ga tahan. ”racau Tini ga karuan. Tanpa memperdulikan pajak dirinya, Tini rela dipanggil lonte per mendapatkan kesukacitaan birahi. “Emang nikmat pepek kamu. Pelir om berasa kejepit luar biasa. ” Tanda gua keselesaan. Gua memikat tangan Tini dan menjebolkan badan liang ke tilam sehingga kapasitas berubah daripada man on top jadi woman on top. “Goyangin badan awak Tin. ” Kata tempat. Dengan permulaan Tini menggoyangkan pinggulnya. “Ahh…enak banget. Om bakalan ajarin kamu mencapai berbatas bisa jadi sundal favorit om. ” Perintah gua lalu meremas toket Tini yang menggantung lepas muka liang.

Cerita Hot Dewasa Tante Horni

“Goyang kian cepat cinta. ” Tanda gua serta membantu menggerakan pinggul Tini. Gerakan Tini semakin lambat semakin sopan. “Ahhh…” Tini mendesah lalu mengarahkan tangan gua di toketnya meleset. “Enak akur diremes remes kaya seperti itu. ” Perintah gua serta memilin pentilnya. Tini seharga mendesah desah sambil langsung menggoyangkan pinggulnya dengan kian cepat. “Ah…. Om…ahhh. ” Tini cuma bisa mendesah menikmati titit gua. Ga puas seharga diulek kolektif Tini, tempat mulai mengkaji turunkan pranata Tini secara bantuan hentakan dari pantat gua. Menyebarkan yang liang mau, Tini mulai mmenggerakan pantatnya keatas kebawah. “Ah.. Enak sungguh Tin.

Sesuai banget engkau jadi ulam-ulam. Muka awak udah keras kepala banget. ” Kata tempat begitu tahu wajah sange Tini. Tempat melepas remasan toket Tini dan mulai dari meremas ke-2 pantat Tini yang sintal. “AH… mengapa dilepas.. ” kata Tini dengan prihatin. “Om pengen lihat toket kamu goyah goyang. ” Kata liang sambil start ikut meningkat turunkan panggul gua menjalankan ritme pantat Tini untuk memperkuat sodokan. Begitu tempat mulai rajin, Tini pula mempercepat irama permainan. “Ahhh…ahhh.. om…” desah Tini ga karuan. Toket Tini pun ikut bergerak goyang beserta sangat meremet. Pengen agaknya gua kenyot tu toket. Setelah kaum saat mengamati toket Tini yang sesat pusat guncang, walhasil gua ga kuasa menyudahi hasrat netek. Gua mulai dari mengarahkan muncung gua di arah toket Tini. Tahu kepala liang yang start maju, Tini langsung memukau kepala tempat hingga kesudahannya mulut hamba mencaplok toket kenyel Tini.

Alih anjak menjilati pentilnya, gua ga tahan untuk ga mengasari toket balig Tini. Hamba mulai mengigit kecil pentilnya hingga Tini kesakitan. “Ahh…Om…sakit…ahhhhh.. ” Tini mulai meronyeh kesakitan. Akan tetapi diantara jeritanya terdengar tanggapan desahan tenteram. Gua tambah keras mencicit pentil Tini. “AHHH…. terhambat om…Ahhhh. ” desah Tini sambil memikat kepala liang menjauhi toketnya. Tentu saja tempat ga melepas gigitan liang. Dengan gigitan kecil, tempat sedikit memukau pentilnya Tini yang menghasilkan Tini mengigau nikmat & sakit disaat yang bertumbukan. “ARGHHH! ” racau Tini. Ga lega memainkan mementil kanan Tini.

Gua mulai dari memindahkan gigitan gua di pentil kirinya. Ga berbeda jauh, Tini merespon gigitan liang dengan desahan penuh kesenangan. Erangan Tini yang ga berhenti memproduksi gua ga semakin sange. Gua tepat mendorong awak Tini terlintas dia tengadah di tilam dan start menggenjot dia dengan status man on top. “Lonte dasar engkau Tin! ” kata tempat sambil memukul toketnya yang ikut bergerak setiap periode memeknya order sodokan pelir gua. “Ahh…. puasin…aku.. om” kata Tini terbata bata.

Lagi unggul asiknya merasai badan rapuh Tini, HP gua menggelinding dan menyebabkan suara yang cukup hiruk-pikuk karena benar-benar gua waham diatas meja kayu. Liang melihat HP gua serta ternyata yang menelepon merupakan istri liang. “Hello Na. Kenapa? ” kata tempat begitu menggangkat telepon secara loud speaker. Tini terpesona melihat liang mengangkat telepon disaat tempat masih langsung menggenjot dirinya. Tini membekap mulutnya otonom dengan tanganya supaya desahanya tidak tampak. Alih geser menghentikan sodokan, gua memikat tangan Tini dan langsung menghajar memeknya dengan berangasan. “plok plokk…ahhh…plok…ahhhhh” talun sodokan & juga desahan Tini jelas terdengar beserta jelas. “Lagi dimana awak pi? Tentu siapa? ” tanya Nana. Tini balik menutup mulutya begitu menurut suara atas HP liang. Lagi juga gua memukau tanganya serta terus mengobarkan memeknya hinga Tini meleset mendesah desah. “Ini mi, lagi nikmatin anaknya si Ren. ” Jawab tempat santai.

Tampang Tini mulai dari panik mendegar jawaban liang. “Ih ayah nakal sungguh. Udah malem begini sekiranya main tentu abg. Anaknya Ren yang kamu ceritain tadi? ” tanya Nana. “Iya mi. Ga disangka dibalik kepolosanya ternyata anaknya binal luar biasa. Sekarang dientot malah mendesah kaya sundal. ” Menjawab gua. Tempat dengan berniat menghajar tempik Tini wahid kali secara sangat muluk. “AhhHHH. ” Pekik Tini tanpa waras. “Tuh mi, denger kendi desahan Tini. ” tanda gua lalu semakin intensitas menyetubuhi Tini. “Dasar abah. Jangan lelet lama main sama tu lonte pi. Mami nungguin papi pada rumah. ” Jawab Nana. Setelahnya Nana pun menyengkilit panggilan telepon.

“Enak kendi sayang. ” Kata tempat. “i…itu sapa? ” bertanya Tini kalang kabut. “Tenang saja sayang. Tersebut istri om. Namanya Nana. ” Elakan gua bebas. Seolah ga percaya beserta jawaban liang, Tini cuma melongo saja. “Ga mengakui ya engkau? Kalau target kamu dapat ikut sedang ke graha om. ” Kata tempat. Gua start meremasi toket Tini serta mempercepat entotan gua. “Ahhhhh…ahhhh…nikmat. ” Tini mulai meronyeh dan menelantarkan telepon barusan. “Om selesain ya. Kasian istri om nunggu dalam rumah mensyaratkan jatah. ” Kata liang sambil menggiat ritme. “Ah…. ahhhhh……. ahhhh. ” desahan Tini makin ga tersusun dan walhasil badan Tini kelojotan. Memeknya menyemburkan larutan yang tidak sedikit ke titit gua. “Bisa squirt pula kamu. Pokok lonte. Orgasme ga menganjurkan ajak. ” Kata tempat sambil mengguyur tangan liang dengan dampak squirt pepek Tini & gua usap di mukanya yang kelelehan olehkarena itu orgasme.

Ga lama setelahnya, gua pun ikutan rencana klimaks. Liang langsung memikat kontol tempat dan liang kocok jelas di depan roman Tini. “Ni peju bakal kamu. ” Kata tempat sambil menyatukan kontol liang dengan tangan kanan. Tini memalingkan wajahnya menghindari peju yang ga lama juga akan menyembur. Dengan tangan kiri tempat yang nganggur, gua menutup wajah Tini supaya balik melihat kearah kontol liang. “AHHHH……makan ni peju. ” Kata tempat memuncratkan peju gua di muka Tini. “kya!! ” pekik Tini begitu peju kentel liang membasahi wajahnya. Gua tersenyum puas tahu wajah Tini penuh secara peju. Peju gua mulai dari menetes sepi dan menuas di dagunya. Gua menyauk peju tempat dengan ujung tangan tengah serta gua memaksakan masuk kedalam mulut Tini. “Enak kendi! ” perintah gua. Tini mengulum ujung tangan gua beserta ekspresi marah. Tapi ga lama setelahnya Tini menciduk peju pada mukanya & dimasukan kedalam mulutnya swasembada. “Udah suka akan peju akur. Huahahaha. ” Kata liang melihat Tini.

“AH…. om udah plong. ” tanda gua lalu langsung mengenakan pakaian tempat kembali tanpa beristirahat terlebih dahulu. “Om…. ” mendatangkan Tini. “Kenapa Tin? ” tanya liang. “I.. itu…soal yang tadinya. ” Bertanya Tini semak hati. “Tadi yang mana? ” tanya tempat. “Soal Nana. Tini mampu ikut di rumah om untuk mastiin? ” bertanya Tini sempit. “Huahaha. Awak masih bukan percaya kolektif om? Mangga kamu tiru om jika mau petunjuk. Atau sesungguhnya kamu tetap pengen terbuat orgasme. Huahaha. ” Tanda gua meninggalkan Tini. Tempat mengarahkan jempol kaki liang dan tempat tusuk kedalam memeknya. ”AHHhhh…” Tini otomatis mendesah amat kaki liang menyentuh memeknya. “Kalau target silahkan masuk. ” Perintah gua menongol dari ruang ayahnya Tini. “Tung…. tunguin Tini om. ” Menjawab Tini minta untuk tiru ke wisma gua. “Kalau tau sebagai itu harusnya tadinya ga om anter kembali. Mending awak nginep dalam rumah om. Biar om entot engkau semalaman. ” Grutu tempat.

Tini menyidik gua datang ke graha. Berbeda secara perjalanan sebelumnya, kali ini liang sama sekali gak menyentuh uci-uci Tini. Liang harus menyusun tenaga tempat untuk menuntungkan napsu hidup tanpa aturan istri liang Nana. Tini juga sedikit pun tidak menghasut gua untuk berbicara. Demikian sampai pada rumah tempat mempersilahkan Tini kembali menyerap ke wisma dimana keperawananya gua bersungut-sungut. “Akhirnya yang ditunggu mencapai berbatas. ” Tanda Nana yang memang menyambut gua dalam ruang tamu dengan Lingerie yang luar biasa menggoda.

Beserta mudah liang bisa mengamati lekukan pranata Nana yang dipenuhi sambil tato. Nana terlihat tepat menggoda diantaranya biasanya. Bahwa tidak ada Tini, mungkin telah gua terkam si Nana. Tini tampil canggung sebab keberadaan Nana. “Jadi tersebut anaknya si Ren. Layak saja awak sampai hati suci bantuin 100 juta. ” Kata Nana sambil menanggapi badan Tini dengan seksama. “Betul kendi kataku say. Anaknya Ren memang sesuai dijadikan ulam-ulam mahal. ” Kata tempat sambil mendekap pundak Tini. Tini seharga tertunduk aja.

Mungkin dia menyesali seluruh keputusanya. “Ayo ikut om. Kamu rencana bukti kendi? ” perintah gua serta mendorong awak Tini untuk kembali merasuk ke lubang gua. Amat masuk di kamar liang, Tini cuma bisa berkhayal melihat situasi kamar yang sedikit tidak sama. Di dinding terpajang foto pernikahan tempat dengan Nana dan pada atas meja rias pula ada frame imut berisikan foto gua serta Nana. “Ta…tadi ga terdapat ini semata. ” Perintah Tini nanap. “tentu sekadar. Kan sudah biasa om jatuh terlebih dulu. ” Tanda gua.

Faksi! Nana menyudahi kamar liang dan menyikap gua daripada belakang. Tanganya dengan ga sabaran telah mengelus pelir gua atas luar seluar. “Sudah ga sabar sungguh. ” Kacau gua lalu melepaskan serawal gua. “Masih lengket ni kontol engkau say. ” Kata Nana begitu menjamah kontol tempat tanpa ditutupi apapun. “Salahin ni sundal, daritadi ngajak ngentot. ” Kata liang menarik pranata Tini. “Om.. Tini target keluar saja. ” Perintah Tini melepas tangan tempat. “Eits.. Situ disini saja. Lihat & pelajarin jalan seks yang bener. ” Kata Nana sambil mempertunjukkan kunci dalam tanganya. Tini akhirnya hidup di sosok ranjang menggubris gua serta Nana berkelahi. “Bersihin titit aku lepas say. ” Kata liang ke Nana. Dengan suka hati Nana jongkok & mulai menjilati seluruh sesi kontol tempat.

Diawali beserta jilatan pada kepala pelir gua, memotong Nana permainan di terowongan kencing liang. Sesekali lidahnya sedikit merintis lubang meruah gua serta mulutnya minum tepat dalam lubangnya. “Ah… kamu mamak paling mampu untuk sengketa ini. ” Kata tempat mengelus serabut Nana. Demikian dirasa penyelenggara kontol liang sudah habis, lidah Nana mulai menutup batang titit gua terbang dan di bawah sampai kontol tempat kembali bersimbah dengan ludah Nana. “sluurpppp. ” Nana menyeruput ludahnya yang menumpang di pelir gua. “Ahhh…” desah liang menikmati lubang Nana pada kontol tempat. Gua menyesuaikan kepala Nana kebawah. Pasti lah Nana menyebarkan kemauan liang, Nana start menjilati ke-2 biji peler gua dengan bergantian. Disaat dia ngerasa sudah pas basah, Nana langsung mencucup biji peler gua terlintas masuk kedalam mulutnya.

Isi buah peler kiri gua yang pertama kali menyerap kedalam mulutnya. Lidahnya langsung menjilati peler gua yang ada dalam mulutnya datang gua mendesah keenakan. “Ahhh…Na…. pelan lambat na. ” Desah tempat keenakan. Mengamati gua ketenteraman, Nana melepas peler kiri gua & menghisap merasuk peler daksina gua. “Fuck…” racau liang keenakan.

Nana melirik keatas dan menyimak mata tempat yang udah merem melek. “Masa kaya gini aja udah merem melek si say. ” Goda Nana. “sepongan awak juara sungguh say. ” Kata liang. “Tin, perhatiin cara nyepong Nana. ” Kata tempat sambil menjeling ke haluan Tini. Tini memperhatikan kesibukan Nana secara seksama. Tilik matanya lumayan sayu olehkarena itu sange. Barangkali Tini sudah biasa kangen beserta rasa titit gua sedang. Dengan sampai tiba, Nana mendorong liang hingga terambau. Nana memiliki kedua suku gua, diangkat dan dibuka lebar luhur.

Nana mendiamkan wajahnya dalam selangkangan tempat. Kontol liang yang gede dilumat selesai. Sambil mencucut kontol tempat dengan rusuh, lidahnya ga ada jeda hentinya memperindah kontol liang di dalam mulutnya. “Ahhhhh!! Fuck Na! ” racau tempat menikmati deep throat daripada istri liang. Setelah intim 1 menit dideepthroat, kesudahannya Nana melepas kontol tempat. Ludahnya tampak dan menjemur dengan terlalu banyak. Wajah Nana juga mengepal karena rendah oksigen. Nana menatap liang dengan tilik nakalnya serta memanfaatkan selama ini untuk kembali mengurus napasnya. Sesudah ritme napasnya sudah teratur Nana meleset menurunkan kepalanya lagi. Bertentangan dengan sebelumnya, kali ini Nana tidak menyepong gua. Menceletuk Nana mempoles lobang bokong gua. “Ahhh…” desah tempat kegelian. Penyelenggara gua menyilau kekiri & kanan sebab merasakan stimulan yang teramat nikmat. Amat gua tahu ke petunjuk Tini, liang melihat Tini yang jaga berdiri serta memperhatikan Nana yang secara nikmatnya melumat lobang bokong gua. Memotong Nana beserta telaten menjilati lobang bokong gua mencapai berbatas ujung lidahnya sedikit menyerap ke bokong gua.

Tini yang telah ikutan sange ga mampu mengontrol badanya sendiri. Secara perlahan Tini meraih pelir gua & dimasukan di dalam mulutnya. “Tin.. shit” racau tempat. Mendengar ricauan gua, Nana menoleh serta melihat Tini yang lumayan menikmati tangkai gua. “Hey! ” cela Nana serta mendorong Tini hingga terpuruk di dasar. “Easy rama! ” tanda gua menengahi Nana. “Ini giliran liang. Jatah untuk lu udah abis! Tau diri situ lonte! ” kata Nana sedikit nanar. Tini kepanikan melihat Nana yang susah hati kepadanya.

Tempat tau Nana orang yang cukup ulah dan barang-kali terbawa nafsu. Ga rencana melihat Nana melampiaskan amarahnya ke Tini, gua sinambung menarik Nana hingga dia telentang pada ranjang. Beserta sedikit sirkulasi dan menyepit badan Nana, posisi tempat sekarang sudah biasa sangat surat keterangan untuk 69. Mulut liang sudah berpunya tepat menghadap memek Nana dan titit gua telah menempel dalam mulut Nana. Gua menaikan dan sekutil menggeser lingerie Nana & mulai menjilati bibir memeknya. “Ahhhhh…” desah Nana. Menurut desahan Nana, gua tepat memasukan menceletuk gua serta mulai merayu dengan sadis. “Ahhh…ahhhh.. shit. ” Nana mulai mengigau.

Ga target gua mengusai permainan, Nana langsung menyiangi balik. Titit gua balik dimasukan kedalam mulutnya. sontak itu pun gua mereguk sepongan yang sangat memuaskan dari muncung Nana. Kelihatannya gua bakalan kalah. “Fuck…ahh…ga tahan tempat. ” Meracau gua & berhenti menjilati memek Nana. Napsu liang udah pada ubun, gua sinambung menaik turunkan pinggul tempat. Otomatis pelir gua tepat memperkosa lubang Nana. Nana tampaknya pula menikmati sodokan kontol liang di mulutnya. Nana menggamit dan menyudahi pantat tempat supaya titit gua bertambah masuk kedalam mulutnya. Lalu menyodokan pelir ke muncung Nana, liang melihat Tini yang sudah biasa sangat sange karena dipaksa menyaksikan perkelahian gua serta Nana. Dia sudah melepas pakaianya sampai telanjang & Tanganya telah memainkan memeknya sendiri. “Fuck…. gua ke…luar say!!!! ” racau tempat sambil menyemprotkan peju liang ke pada mulut Nana. “Ahhhhhhhh…” desah gua jenjang menikmati ketika orgasme tempat. Setelah semua peju liang keluar, tempat mencabut titit gua atas dalam lubang Nana.

Walaupun kontol liang sudah menongol, mulut Nana sedikit tampak penuh serta mulutnya tersembunyi rapat. Nana masih belum menelan peju gua sementara itu biasanya Nana akan sinambung menelan peju gua. Nana bangkit hidup dan lari ke haluan Tini yang masih terjungkal di geladak. Nana memukau kepala Tini dan menyatukan mulutnya di mulut Tini. “Slurrpppppp” Nana mencipok Tini dan menugaskan peju tempat kedalam muncung Tini. Seharga sebentar aja dan Nana sudah melepas ciumanya. Peju gua yang kentel tampil menempel & menggantung diantara mulut Tini dan Nana. Sesaat Nana dan Tini saling berpandangan muka kemudian Nana mulai menganjurkan kembali lidahnya. Tini tepat menyambut memotong Nana secara lidahnya.

Ke-2 amoy itu langsung padu dalam ciuman yang gawat sambil baku memperebutkan peju gua dalam mulut tersebut. Setelah lega menggoda Tini, Nana melepas ciumanya. Nana membuka mulutnya yang sudah biasa kembali berisi peju liang serta ludah mereka berdua. Sepertinya tatkala ciuman tadinya, Nana makbul merebut peju yang mulanya dia sampaikan ke Tini. Tini telah semakin sange karena rayuan Nana. Mulutnya terlihat terungkap dan lidahnya keluar seolah sangat mengkhayalkan peju tempat. “Cuih. ” Nana meludahkan cairan ludah beserta peju gua di muka Tini. Bukanya nanar, Tini sekiranya menyeka enceran tersebut serta dimasukan kedalam mulutnya.

“Huahahaha. ” Tawa gua & Nana mengamati aksi ulam-ulam Tini. “Lihat lonte sira. Ga mempunyai harga diri. ” Ledek Nana. “Kayaknya dia bakal ngelakuin apa saja demi pelir. ” Terus gua. “Hey! Urusan kalian belum rampung. ” Tanda Nana lalu melepas lingerienya. Setelah berpukas, Nana meleset naik di ranjang serta mengocok titit gua agar kembali muluk. “Ampun say. Hari itu udah ngecrot berapa kesempatan. ” Perintah gua. “Bukan urusan awak kan. Awak belum puncak. ” Tanda Nana serta terus merencah kontol liang. Lain dalam mulut unik di pelir. Mendapat kocokan dari tangan halus Nana ngebuat titit gua balik keras. Demikian sudah rusuh, Nana sinambung memasukan pelir gua kedalam memeknya. “ahhhh…. ” meracau dia demikian memeknya kesurupan kontol. “Udah siap belum? ” bertanya Nana. “Si…siap. ” perintah gua mewujudkan hati olehkarena itu gua tau betul meski liarnya ulekan Nana.

Amat mendapatkan petunjuk, Nana tepat menggoyangkan pinggulnya dengan hidup tanpa aturan. Goyanganya pinggulnya bakalan ngebuat goyangan pedangdut yang dikenal si suri ngebor oleh sebab itu ga tersedia apa apanya. “Ahhh…. fuck. ” Mengoceh gue amat kontol tempat merasa diulek ulek beserta liar. “Ahhh…yess!!! ” mengoceh Nana. Sebagaimana biasa, demikian mulai ngentot maka Nana menjadi amat liar. Tangan kirinya mengangkat rambutnya otonom sedangkan tangan kananya mengepal remas isi buah peler liang. Gua menumpaskan napas agar ga kecurian duluan. Demikian napas tempat teratur, liang mencoba menyandung badan Nana supaya oleh karena itu posisi Man on utama dan memunggungi gua untuk mengontrol tekanan (suara). Tapi Nana malah menyaruk badan tempat kembali. “ckckck. Aku yang bakalan ngontrol ritme” menolak Nana. Dia bener tau kapasitas pikiran liang. Kemudian Nana kembali melanjutkan goyangnya yang liar. Ga Cuma ngulek, kali ini Nana menambah variasi gerakan terangkat dan di bawah yang ngebuat tempat semakin kelojotan.

Lagi juga Tini sudah biasa ga kompetensi untuk menutup napsunya. Tini menarik tangan gua & diarahkan di memeknya yang sudah luar biasa becek. Amat sadar bahwa Tini memikat tangan liang, gua sinambung melihat kearah wajah Nana yang tampak sedikit meradang. Nana melepas kontol tempat dari memeknya dan bertindak ke petunjuk lemari pada samping tilam. “Nih! Puasin diri situ sendiri! Pendek Lonte! ” Hina Nana sambil meninggalkan sebuah zat ke haluan Tini. Tini mengangkat massa itu serta ternyata ini adalah Vibrator yang lepas gua belikan untuk Nana. Nana memukau tangan liang dari tempik Tini & diletakan di toketnya yang dari tadinya belum tempat mainin.

Demikian merasakan toket kenyel dalam tangan, berdasar pada reflek tangan gua tepat meremas toket Nana dan Nana kembali melanjutkan goyanganya. “Ahh…ahhhh! ” Desah Nana. Bertambah lama titit gua pulang balik ke di memek Nana dengan irama yang makin cepat. “Ahhh…Ahhhhh…. fuck…. saya mau…or…gasme…” meracau Nana lalu ikut menekan remas toketnya sendiri. “Ahhhh…ahhhh…” kali ini liang juga mengikuti desahan Tini yang tentu erotis. Liang melihat kearah Tini serta menyaksikan gimana tangan kirinya meremas toketnya dan tangan kananya menyudahi Vibrator yang sedang berputar di dalam memeknya. “Fuck…. aku…keluar!!!! ” teriakan Nana serta badanya menggelinding hebat. Sehabis mencapai orgasmenya, badan Nana jatuh kepelukan gua.

Nana mencabut pelir gua daripada memeknya & mulai mengocoknya dengan sosial. “Aku keluarin pakai tangan ya? ” kata Nana. “yah say. Masa membubuhkan tangan. Nanggung ni sangenya. ” Perintah gua cua. Melihat Nana yang telah klimaks serta gua yang masih ngaceng, Tini menjunjung Vibratornya & meraih titit gua. “Aku lebih senang yang sah. Please ijinin aku nikmatin kontol om. Aku benih lakuin apa pun. ” Undangan Tini di Nana. “Apapun? ” bertanya Nana. “Iya apapun. ” Kata Tini dengan tilik kosong. “Termasuk merelakan Ren? ” bertanya Nana secara tatapan superior jahatnya. Tempat melihat tilik jahat Nana, tampaknya dia punya jadwal jahat di Tini. Tini terdiam serta mencoba mencurigai jernih. Olehkarena itu ingin menghasilkan Tini oleh sebab itu budak berahi gua, tempat kembali meniadakan nurani liang dan menguji untuk memproduksi Tini bukan bisa tercokoh jernih.

Liang mulai nyata memeknya beserta jari tempat. “Ahhhh…” desah Tini. “Jadi pilih yang mana? Pelir suami liang atau Ren! ” hardik Nana. “Ko…kontol om Erwin. ” Elakan Tini dikuasai napsunya. “Deal. Jangan khlaf kalau tersebut pilihan sira. Huahahaha. ” Tawa Nana. Tini mengendalikan badan tempat dan memasukan kontol liang. “Say, cepet puasin tu lonte. Jika perlu disusun hamil saja. ” Tanda Nana mengobarkan gua. Merekam dukungan atas istri swasembada, gua sinambung mendorong awak Tini & menindihnya. Secara cepat dengan posisi tempat udah man on utama. Karena kadang sudah ga tahan, liang langsung menyapu memek terik Tini secara kasar. “Fuck!! Memek situ sempit luar biasa. ” Meracau gua lalu meremas memerah toket Tini dengan kerokot. “Ahhh…ahhh.. langsung om…Sodok Tini. ” mengoceh Tini ga karu pasti. Melihat si suami menyorong wanita beda, Nana menyikap gua daripada belakang. “Baik kan awak ngijinin engkau. ” Perintah Nana berbisik di telinga gua. Tempat langsung menengok dan menyedot mulut Nana. Lidah tempat dan Nana berpaut beda dan berbagi liur. Ujung tangan Jari Nana memilin menyelentik gua. Tangan gua pun ditarik sama Tini untuk terus mengepal remas toketnya. Mendapat stimulan dari bervariasi tempat menghasilkan gua ga tahan lama. Liang menggenjot pepek Tini secepat yang liang bisa. “Ahhh…. ahhh…ahhh…Om…. kian kuat.. la…gi…Tini mau pucuk. ” Mengoceh Tini.

Tempat pun menjalankan kemauan amoy ini serta menyodok memeknya sampai mentok…”AH……Tin…!!! ” jeritan gua. Liang menekan pelir gua pada dalam & menyemburkan peju gua di dalam memeknya Tini. “Ahhhhhhh!!! ” desah Tini berjarak. Sempuran peju gua siapa tahu memberikan keonaran tersendiri untuknya dan memproduksi dia yang sudah diambang batas oleh karena itu ikutan orgame. “Om…… Erwin…. ” desah Tini menyulut nama tempat dan memegang tangan liang erat sanding.

Begitu tahu gua serta Tini sudah biasa sama tentu orgasme, Nana langsung memikat badan tempat menjauhi Tini. “Sudah plong kan sira. Inget situ lebih milih suami liang dari di dalam ayah sira sendiri. Kelak lu bakal nerima balesanya. ” Tanda Nana tersenyum penuh beserta kejahatan. Tini tidak meningkah Nana. Tangan memegang memeknya yang kacau-balau dengan peju gua yang mulai mengembang keluar atas memeknya. Ga lama, Tini tertidur sebab kelelahan. “Hey, kamu memiliki rencana apa-apa si? ” tanya tempat ke Nana. “Kamu pengen Tini oleh sebab itu budak kelamin kita kendi? ” bertanya Nana. “Tentu aja. ” Kata liang. “Aku mempunyai rencana. Engkau percaya kendi sama saya? ” tanda Nana menyerang bibir tempat. “Percaya mengapa sayang. ” Kata liang membalas ciumanya. Tentu saja tempat percaya secara Nana. Nana adalah perempuan yang baik untuk liang yang hyper seks. Sebab dia pula hyper berahi dan mendiamkan gua untuk menyetubuhi perempuan lain. Ga Cuma datang disitu dia juga kerap membantu tempat untuk dapat mncapainya.

Bandar Online Aman dan Tidak Ada BATASAN LINE BETTING
Hadiah = 4D 3.000.000 3D 400.000 2D 70.000

auroratoto
auroratoto

Post a Comment

[blogger]

Author Name

Contact Form

Name

Email *

Message *

Powered by Blogger.